Rabu, 05 Oktober 2022

Yaa Hakam (الحكم) Yaa 'Adl (العدل)

"Ya Allah, _*Ya Hakam*_ (الحكم) _*Ya 'Adl*_ (العدل), Engkau yg maha menetapkan keputusan sgl perkara lagi maha adil. Di dlm kitab-Mu Engkau tlh berfirman menerangkan bhw di bumi manusia Engkau tetapkan hidup dan beranak pinak sepanjang umur yg Engkau takdirkan. Di samping itu, Engkau tetapkan di bumi pula mrk mati menemui ajal dan dikubur, sbg suatu ketentuan yg saatnya tdk dpt diubah lagi, yakni tdk bisa dimajukan dan tdk bisa pula ditangguhkan. Dari bumi pula mrk Engkau bangkitkan, lalu Engkau kumpulkan mrk di padang Mahsyar pd hari kiamat. Engkau himpun mrk dari yg pertama hingga yg terakhir, untuk menerima balasan atas amal perbuatannya. Yg beramal saleh Engkau beri balasan kebaikan dan Engkau masukkan ke dlm surga, sedangkan yg berbuat jahat atau maksiat Engkau beri balasan siksa dan azab di neraka. Maka, berkat sifat maha welas asih dan maha penyayang-Mu, anugerahkanlah taufik dan hidayah-Mu kpd kami agar kami dan anak keturunan kami masuk gol. hamba-2-Mu yg beriman kpd adanya hari kebangkitan, shg senantiasa terpanggil untuk beribadah dan beramal saleh pd saat hidup di dunia. Jangan Engkau biarkan kami masuk gol. orang-2 yg ingkar dan ahli maksiat shg Engkau siksa dan menerima azab di neraka-Mu. _*Aamiin."*_ (lihat Al-A'raaf ayat 25).

Ya Malik (الملك) Ya Qudduus (القدوس)

 "Ya Allah, _*Ya Malik*_ (الملك) _*Ya Qudduus*_ (القدوس), Engkau yg maha merajai sgl raja lagi mahasuci. Di dlm kitab-Mu Engkau tlh berfirman memberi peringatan kpd kaum muslimin agar selalu berhati-hati dlm menentukan apa yg akan dilakukan dan selalu ingat akan tugas-2 yg Engkau berikan kpd manusia sbg khalifah di bumi. Di antara tugas khalifah di bumi itu adalah menegakkan kebenaran dan keadilan, menjaga kelestarian dan kebersihan alam dari perbuatan najis, syirik, fasik, serta senantiasa meninggikan nama-Mu. Sungguh, Engkau akan memperhatikan dan mencatat semua perbuatan manusia dlm melaksanakan tugasnya itu, apakah sesuai dg yg Engkau perintahkan atau tdk. Maka, berkat sifat maha welas asih dan maha penyayang-Mu, anugerahkanlah taufik dan hidayah-Mu kpd kami agar kami dan anak keturunan kami masuk gol. hamba-2-Mu yg beriman yg senantiasa terpanggil untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, menjaga kelestarian dan kebersihan alam dari perbuatan najis, syirik, fasik, serta senantiasa meninggikan nama-Mu di muka bumi. _*Aamiin."*_ (lihat Yunus ayat 14).


Jumat, 08 April 2022

Ya Rahmaan Ya Rahiim

 "Ya Allah, Ya Rahmaan (الرحمن) Ya Rahiim (الرحيم), Engkau yg maha pengasih lagi maha penyayang. Di dlm kitab-Mu Engkau tlh berfirman menjelaskan bhw orang-2 kafir dan mrk yg sependapat mengingkari hari kebangkitan bertanya dg nada penyesalan: "Apakah kami benar-2 dikembalikan spt kehidupan semula?" Sungguh, pd hari kiamat pun mrk masih bertanya spt itu, "Apakah kami akan dibangkitkan juga stlh menjadi tulang-belulang yg hancur dan bersatu dg tanah?" Maka, berkat sifat maha welas asih dan maha penyayang-Mu, anugerahkanlah taufik dan hidayah-Mu kpd kami agar kami dan anak keturunan kami masuk gol. hamba-2-Mu yg beriman yg mengambil pelajaran dan percaya akan adanya hari kebangkitan shg senantiasa terpanggil untuk memperbanyak amal saleh dan amal ketakwaan kpd-Mu sbg bekal untuk menghadapi hari kebangkitan itu. Aamiin." (lihat An-Naazi'aat ayat 10).

Minggu, 29 April 2018

Sejarah Sholawat Badar

Sejarah Shalawat Badar; Susun Kiai Ali Mansur Santri Lirboyo Shalawat Badar berisi pujian-pujian kepada Rasulullah Saw. dan Ahli Badar (para sahabat yang mati syahid dalam perang Badar). Berbentuk syair, dan dinyanyikan dengan lagu khas. Shalawat ini digubah oleh Kiai Ali Mansur, salah seorang cucu dari KH. Muhammad Shiddiq Jember, pada tahun 1960. Kiai Ali Mansur saat itu menjabat kepala Kantor Departemen Agama Banyuwangi, sekaligus menjadi ketua PCNU di tempat yang sama. Proses terciptanya shalawat ini penuh dengan misteri dan teka-teki. KH. Ali Mansur Siddiq terinspirasi dari sebuah kitab yang berjudul Mandzumah Ahl al-Badar al-Musamma Jaliyyat al-Kadar fi Fadhail Ahl al-Badar karya al-Imam as-Sayyid Ja’far al-Barzanji. Dan sebelum menulis syair shalawat Badar Kiai Ali bermimpi didatangi manusia-manusia berjubah putih bersorban hijau. Pada suatu malam, Kiai Ali tidak bisa tidur. Hatinya merasa gelisah karena memikirkan situasi politik yang semakin tidak menguntungkan NU. Orang-orang PKI semakin leluasa mendominasi kekuasaan dan berani membunuh kiai-kiai di pedesaan. Karena memang kiailah pesaing utama PKI di tempat itu. Sambil terus merenung, Kiai Ali terus memainkan penanya di atas kertas, menulis syair-syair dalam Bahasa Arab. Dia memang dikenal mahir membuat syair sejak masih belajar di Pesantren Lirboyo, Kediri. Kegelisahaan Kiai Ali berbaur dengan rasa heran, karena malam sebelumnya dia bermimpi didatangi para habib berjubah putih-hijau. Semakin mengherankan lagi, karena pada saat yang sama istrinya mimpi bertemu Rasulullah Saw. Keesokan harinya mimpi itu ditanyakan pada Habib Hadi al-Haddar Banyuwangi. Habib Hadi menjawab, “Ya Akhiy, itu Ahli Badar!” Kedua mimpi aneh dan terjadi secara bersamaan itulah yang mendorong dirinya menulis syair, yang kemudian dikenal dengan Shalawat Badar. Keheranan muncul lagi karena keesokan harinya banyak tetangga yang datang ke rumahnya sambil membawa beras, daging dan lain sebagainya, layaknya akan mendatangi orang yang akan punya hajat mantu. Mereka bercerita, bahwa pada pagi-pagi buta pintu rumah mereka didatangi orang berjubah putih yang memberitahukan di rumah Kiai Ali Mansur akan ada kegiatan besar. Mereka diminta membatu. Maka mereka pun membantu sesuai dengan kemampuannya. “Siapa orang yang berjubah putih itu?” pertanyaan itu terus mengiang dalam benak Kiai Ali tanpa jawab. Namun malam itu banyak orang bekerja di dapur untuk menyambut kedatangan tamu, yang mereka sendiri tidak tahu siapa, dari mana dan untuk apa. Pagi-pagi sekali menjelang matahari terbit, serombongan habaib berjubah putih-hijau dipimpin Habib Ali bin Abdurrrahman al-Habysi dari Kwitang, Jakarta, datang ke rumah Kiai Ali Mansur. “Alhamdulillah…” ucap Kiai Ali ketika melihat rombongan yang datang adalah para habib yang sangat dihormati keluarganya. Setelah berbincang basa-basi sebagai pengantar, membahas perkembangan PKI dan kondisi politik nasional yang semakin tidak menguntungkan, Habib Ali menanyakan topik lain yang tidak diduga Kiai Ali, “Ya Akhiy, mana syair yang Ente buat kemarin? Tolong Ente bacakan dan lagukan di hadapan kami-kami ini!” Tentu saja Kiai Ali terkejut, sebab Habib Ali tahu apa yang dikerjakannya semalam. Namun ia memaklumi, mungkin itulah karomah yang diberikan Allah kepadanya. Sebab dalam dunia kewalian, pemandangan seperti itu bukanlah perkara yang aneh dan perlu dicurigai. Segera saja Kiai Ali mengambil kertas yang berisi shalawat Badar hasil gubahannya semalam, lalu melagukannya di hadapan mereka. Kiai Ali juga memiliki suara yang bagus. Di tengah alunan suara shalawat Badar itu para habib mendengarkannya dengan khusyuk. Tak lama kemudian mereka meneteskan air mata karena haru. Di dalam kunjungan tersebut tercatat dalam buku kecilnya Kiai Ali, kejadian tersebut pada hari Rabu pagi tanggal 26 September tahun 1962 jam 8 pagi. Pada kesempatan itu dibacakan Maulid al-‘Azab dan ceramah agama. Diantara yang memberikan ceramahnya adalah Habib Ali al-Habsyi Kwitang, Habib Muhammad bin Ali al-Habsyi Kwitang dan Habib Salim Bin Jindan. Di dalam rombongon tersebut ikut diantaranya Habib Ali bin Husein Alattas Bungur, Habib Ahmad bin Ghalib al-Hamid Surabaya, Habib Umar Assegaf Semarang dan banyak lagi yang lainnya para pembesar ulama pada waktu itu. Selesai mendengarkan shalawat Badar yang dikumandangkan Kiai Ali Mansur, Habib Ali segera bangkit. “Ya Akhi! Mari kita perangi genjer-genjer PKI itu dengan shalawat Badar!” serunya bernada mantap. Setelah Habib Ali memimpin doa, lalu rombongan itu memohon diri. Sejak saat itu terkenallah shalawat Badar sebagai bacaan warga NU untuk membangkitkan semangat melawan orang-orang PKI. sumber : http://pustakamuhibbin.club/373/sejar...
               https://www.youtube.com/watch?v=AkCtCOBZo-k